Langsung ke konten utama

Bertemu dengan Orang-orang Baik#3 Bali



   Hari Minggu (1/10) saya kembali mengawali bulan kesepuluh dengan membuka pengalaman dan kawan baru. Mengamanahkan diri untuk survei pengungsi korban terdampak perubahan status aktivitas Gunung Agung, Bali membukakan perjalanan di bulan ini. Meski pelbagai hal diawal sempat mengganjal namun tak menyurutkan diri untuk mengabdi. Sudah terlanjur dan memang saya menyukai kegiatan ini kemudian saya coba untuk mengekspresikan lewat MAHAGANA (Mahasiswa Tanggap Bencana) di kampus. Sudah pelbagai kegiatan kebencanaan saya terjun ke lokasi langsung, namun kali ini berbeda, ya saya sendiri. Namun karena sudah berniat sejak awal, akhirnya saya tetap terjun ke Bali untuk melihat secara langsung kondisi terkini Gunung Agung yang sudah berstatus awas sejak sebulan terakhir. Awalnya "digoda" dengan pelayanan bus yang tidak profesional sehingga memakan waktu saya banyak di perjalanan menuju Pulau Dewata. Hampir satu hari saya menghabiskan waktu di dalam bis.

     Diterima dengan baik oleh kawan lama @ibprayogi yang juga sedang berjuang di Pulau Dewata. Lama tak jumpa, akhirnya saya dimudahkan untuk urusan disana. Lanjut ke misi utama, berangkat pagi dengan iringan jeep dan truk yang membawa misi yang sama menemani perjalanan ke posko pengungsian di GOR Swecepura, Kabupaten Klungkung. Jalan yang tak amat jauh membuat kami mudah sampai disana. Sedang kami berdua menaiki sepeda Yamaha N-Max yang sudah cukup memadai. Tidak perlu waktu lama, karena jarak Denpasar dan Klungkung yang tidak terlalu jauh. Hampir selama satu jam setengah kami menghabiskan waktu di jalan. Jalan saat itu terlihat cukup sepi sehingga kami perlu untuk mengejar waktu. Tidak susah pula kami sampai di posko atau lokasi penggungsi Gunung Agung di Klungkung dengan adanya plang di pinggir jalan yang menunjukan posisi lokasinya. Hanya saja lokasi GOR Swecepura yang masih cukup jauh dari jalan utama sedikit membingungkan kami. 



    Disambut dengan tenda-tenda pengungsi milik organisasi kemanusiaan dan pakaian yang dijemur di lapangan gor, saat sampai disana. Warna biru tenda milik BNPB mendominasi di lapangan yang cukup luas itu. Langsung saja kami menuju pos pusat BNPB untuk mengetahui data yang sebenarnya.  Kami menanyakan data pengungsi dan logistik yang berada di pos pengungsian ini. Dilansir juga di GOR ini merupakan posko pegungsian terbesar. Kamera telepon genggam siap untuk menangkap gambar dan data yang ada. Terdata 20 ribu jiwa yang mengungsi di daerah ini semakin meningkatkan rasa bersyukur. Pelbagai bantuan amanah dari kawan-kawan kampus dengan bahagia diterima dan siap disalurkan disana. Di lahan parkir yang disediakan juga banyak terparkir mobil-mobil televisi nasional yang sedang meliput secara langsung kegiatan pengungsian di sana. Begitu pula silih berganti mobil TNI ataupun relawan yang membawa bantuan logistik, baik itu dari kawan mahasiswa maupun organisasi kerelawanan lainnya. TErlihat pula bule yang ikut membantu disana. Hal tersebut membuktikan bahwa meskipun Gunung Agung sedang mengalami perubahan status namun pariwisata di Bali masih aman dan tidak terganggu. Malah oleh para bule digunakan sebagai ajang peduli sesama. 



   Suasana riuh membuat kaki ingin melihat kondisi anak-anak pengungsi disana. Terlihat didepan pintu gor kerumunan anak sedang berjoget dan mendengarkan musik dari orgen. Waah! Seakan tak percaya dengan ucapan mc bahwa ada Kak Seto (ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia) juga datang dan meresmikan pojok baca untuk anak-anak di pengungsian. Sekali mendayung tiga, empat pulau terlampaui tak sengaja saya bertemu dan ngobrol sejenak dengan orang yang ingin saya temui. Memiliki misi yang sama menjadikan beliau sebagai gambaran untuk melukiskan keinginan dimasa depan. Selain itu teryata di GOR ini telah dihadiri oleh banyak orang penting negeri ini, seperti Presiden Jokowi, Mensos Khofifah, hingga bupati Kabupaten Klungkung. 



    Meski singkat, terima kasih Bali dengan segala keterbukaan, keberagaman, dan hal yang tak terduga-duga. Saya akan kemBali lagi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

JEJAK KULINER NUSANTARA JAWA TIMUR

makanansehat.biz                    Indonesia sebagai bangsa yang besar memiliki perjalanan sejarah yang panjang. Perjalanan sejarah Indonesia sudah barang tentu tidak dapat dilepaskan dari pengaruh bangsa-bangsa luar. Pengaruh itu meliputi keragaman dari banyak hal seperti halnya sistem pemerintahan, sistem sosial kemasyarakatan, sistem perekonomian, teknologi dan sebagainya. Namun juga terdapat suatu hal yang maenarik yaitu dengan adanya pengaruh dari pihak luar budaya tradisional bangsa Indonesia tidak tergantikan. Seperti halnya adat istiadat, norma, bahkan pada keragaman jenis makanan. Makanan sebagai suatu hasil dari kebudayaan manusia pertama-tama memiliki peran sebagai alat pemenuhan kebutuhan primer. Tidak hanya itu peran makanan dalam kehidupan manusia bahkan sampai pada ranah untuk kegunaan religuisitas. Hal itu tercermin dari kebudayaan Jawa yang banyak melakukan ritual-ritual adat dan makananpun menjadi hal yang tidak bisa dilepaskan [1] . Keberadaan makanan tra

PERKEMBANGAN FOLKLORE DI INDONESIA

www.folkloretravel.com Kebudayaan yang kini berkembang di masyarakat merupakan hasil pewarisan dari kebudayaan luhur terdahulu. Melalui banyak metode/cara tradisi masyarakat dapat tersalurkan dan terwarisi oleh generasi selanjutnya. Kebudayaan sendiri merupakan keseluruhan system, gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka menghidupi kehidupannya serta dijadikan sarana untuk belajar. Wujud dari kebudayaan itu antara lain ide/gagasan/norma/aturan/nilai yang kesemua itu menghasilkan wujud benda/fisik budaya. Kebudayaan hanya dapat berkembang di dalam masyarakat. Hal itu jelas bahwa tanpa adanya subyek yakni masyarakat tentu budaya tidak akan pernah ada dan berkembang. Di saat kebudayaan ini berkembang tentu menjumpai adanya budaya baru dari luar budaya induknya. Hal tersebut dapat menjadi salah satu kekuatan untuk mengakulturasi atau terjadinya proses percampuran budaya atau malah menjadi salah satu faktor untuk degradasi budaya (penurunan budaya). Folklore me

KOMIK STRIP TENTANG KERUSAKAN LINGKUNGAN