www.folkloretravel.com |
Kebudayaan yang kini
berkembang di masyarakat merupakan hasil pewarisan dari kebudayaan luhur
terdahulu. Melalui banyak metode/cara tradisi masyarakat dapat tersalurkan dan
terwarisi oleh generasi selanjutnya. Kebudayaan sendiri merupakan keseluruhan
system, gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka menghidupi
kehidupannya serta dijadikan sarana untuk belajar. Wujud dari kebudayaan itu
antara lain ide/gagasan/norma/aturan/nilai yang kesemua itu menghasilkan wujud
benda/fisik budaya.
Kebudayaan hanya dapat
berkembang di dalam masyarakat. Hal itu jelas bahwa tanpa adanya subyek yakni
masyarakat tentu budaya tidak akan pernah ada dan berkembang. Di saat
kebudayaan ini berkembang tentu menjumpai adanya budaya baru dari luar budaya
induknya. Hal tersebut dapat menjadi salah satu kekuatan untuk mengakulturasi
atau terjadinya proses percampuran budaya atau malah menjadi salah satu faktor
untuk degradasi budaya (penurunan budaya).
Folklore merupakan
salah satu wujud dari hasil kebudayaan. Hal tersebut dikarenakan Folklore juga
mrupakan hasil cipta manusia yang kemudian diwariskan kepada generasi
selanjutnya dengan metode yang berbeda-beda. Tentu sebagai hasil dari
kebudayaan, folklore banyak yang mengalami asimilasi dengan budaya lain. Pada
setiap suku bangsa pastilah memiliki hasil kebudayaan folklore yang
berbeda-beda. Folklore dengan sendirinya dapat hidup di tengah-tengah
masyarakat, yang mulanya diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi.
Menurut Prof. James
Danandjaja folklore secara istilah merupakan pengindonesiaan dari kata Inggris folklore. Folklore terdiri dari dua kata
dasar yaitu folk dan lore. Folk yaitu sekelompok orang atau
masyarakat yang memiliki ciri pengenal fisik dan kebudayaan sendiri. Ciri
pengenal itu bias berbentuk warna kulit, bentuk rambut, mata pencaharian,
pendidikan, dan agama.Hal itulah yang kemudian membedakan dengan masyarakat
lain. Lore adalah tradisi yaitu
sebagian kebudayaannya, yang diwariskan secara turun-temurun secara lisan atau
melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu
pengingat. Jika dilihat dari pengertian diatas maka studi folklore di Indonesia
sangatlah luas. Sebagai contoh dilihat dari perbedaan ciri fisik di Indonesia
dapat dikaji folklore orang berkulit hitam, coklat, putih asalkan harus
berwarga Indonesia.
Prof. James memiliki
pendapat mengenai perkembangan folklore di Indonesia. Menurut beliau folklore
pertama dikenalkan oleh William John Thom seorang ilmuan dari Inggris. William
John Thom mulai mengenalkan folkore pada majalah The Athenaeum. Tepatnya
dimulai pada abag ke-19. Pada tahun-tahun tersebut penyebutan culture pada kebudayaan masih belum ada,
oleh sebab itu masyarakat umum pada kala itu menyebut folklore sebagai
kebudayaan.
Sedang di Indonesia,
folklore belum lama mendapatkan porsi khusus untuk dikembangkan dalam ilmu
pengetahuan. Namun, pada masa pemerintahan Belanda terdapat lembaga Panitia
Kesusastraan Rakyat yang bertugas untuk mengumpulkan dan menerbitkan hasil
kesusastraan tradisional yang terdapat di Indonesia. Pada perkembangan
kesadaran sejarah di Indonesia, folklore juga berjalan beriringan. Meskipun
menurut beberapa ahli dan metode penyusunan penulisan sejarah folklore bisa
dibilang ahistoris, namun hasil folklore setidaknya dapat memberikan imajinasi
zaman atau peristiwa di masa lampau. Seperti terlihat pada hasil tradisi besar
hasil kesusatraan terdapat pada babad-babad, cerita rakyat, pepatah dan
sebagainya.
Masyarakat di Indonesia
lebih banyak untuk mewariskan kebudayaanya secara lisan/tradisi lisan. Tradisi
lisan itu kemudian diwariskan secara turun temurun seperti dijelaskan diatas
dengan semangat zaman yang berbeda-beda. Dengan sifat folklore terutama cerita
rakyat yang cenderung belum bias diketahui kenyataanya (khayal), namun dengan
pewarisan kebudayaan folklor ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah dapat
memahami dan menjelaskan kondisi lingkungan zamannya.
Sumber:
Sumaryadi, Rumi Wiharsih.
Modul Pembelajaran Kajian Folklor.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, Fakultas Bahasa dan Seni. Tersedia online http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/modul%20pembljrn%20folklor.pdf diakes pada Senin, 11 September 2017.
http://www.academia.edu/7076244/Resensi_Buku_Folklore_Indonesia, diakes pada Senin, 11 September 2017.
http://kebudayaankesenianindonesia.blogspot.co.id/2012/06/menurut-thomas-1849-dalam-supendi.html, diakes pada Senin, 11 September 2017.
Komentar
Posting Komentar