Langsung ke konten utama

INDIA DAN ASIA TENGGARA



www.7continentslist.com
             
     Wilayah Asia Tenggara secara geografis menjadi sangat strategis untuk jalur pelayaran dan perdagangan pada masa lalu. Secara otomatis bangsa-bangsa dari luar banyak yang singgah dan berhubungan dengan masyarakat Asia tenggara. Konsep pelayaran yang semakin maju dengan berkembangnya ilmu perkapalan dan pelayaran utamanya di India dan Cina. Pengaruh bangsa luar terhadap masyarakat Asia Tenggara tentu banyak membawa perubahan yang signifikan. Masyarakat Asia Tenggara mulai mengadopsi budaya-budaya luar, kerajaan-kerajaan mulai mucul di Nusantara dengan mempratekkan agama dari India dan bahasa Sansekerta[1]. Proses masuknya pengaruh India atas Asia Tenggara ini banyak dikenal dengan istilah “Indianisasi”, yang dipakai oleh George Coedes. Namun dalam perkembangan Hinduisasi di Asia Tenggara juga beriringan dengan proses masuknya Buddhisme. Masuknya aliran kepercayaan yang dianggap baru oleh masyarakat pribumi ini juga melebur dan terakulturasi dengan kepercayaan lokal pada saat itu yakni penyembahan terhadap roh nenenk moyang dan benda-benda magis (animisme dan dinamisme). Perkembangan kebudayaan juga berkembang dan mulai diadopsi masyarakat lokal seperti arsitektur atau seni bangunan, seni sastra, dan sistem sosial yang berlandaskan budaya Hindu Buddha namun tetap berakulturasi dengan budaya lokal masyarakat setempat.
            Pengaruh budaya India diatas terus berkembang hingga mempengaruhi tatanan sosial politik masyarakat Asia Tenggara. Terbukti dengan pendirian kerajaan-kerajaan di kawasan Asia Tenggara saat itu yang beraliran Hindu dan Buddha. Coedes menganalisis bahwa perubahan tempat perdaganagan menjadi suatu tatanan politik yang terorganisir tersebut dapat terjadi dengan dua jalan: adanya paksaan India kepada penduduk pribumi yang telah meresapi unsur-unsur India atau seorang pribumi yang mengukuhkan kekuasaan dan menerima unsur luar dengan memeluk agama dari India. Tentunya dalam praktik berpolitik di dalam kerajaan utamanya yang beraliran Hindu masih menggunakan sistem kasta yang dikenal di India namun telah mengalami perubahan karena bersentuhan langsung dengan masyarakat pribumi[2]. Dalam persebaran kebudayaan India terdapat asumsi yang berbeda dari beberapa tokoh sejarawan. R.C Majundar mengutarakan pendapatnya bahwa kaum ksatria dan prajurit India lah yang menyebarkan kebudayaan India dan mendirikan beberapa koloni di kepulauan Indonesia. N.J. Krom lebih menekankan pada para kaum pedagang India yang berinteraksi langsung bahkan melakukan perkawinan dengan pribumi. Menurut Van Leur kaum Brahma lah yang berperan menyebarkan budaya India ditambahi dengan keperluan keagamaan.
            Penyebaran pengaruh kebudayaan India diikuti dengan proses masuknya Hindu-Buddha di Asia Tenggara mengubah pola kehidupan masyarakat di kawasan itu, terutama dalam aspek politik, agama, dan sosial. Kehidupan politik mencakup pemerintahan dan pengaturan masyarakat. Kehidupan beragama tercermin dari corak kepercayaan dan tata cara atau upacara keagamaan. Kehidupan sosial mencakup penataan kelompok di dalam masyarakat. Seperti dituliskan diatas bahwa proses penyebaran itu berlanjut hingga beberapa abad hingga dapat berdiri kerajaan-kerajaan besar bercorak Hindu-Buddha. Dilihat dari sumber-sumber awal proses Indianisasi juga banyak ditemukan baik sumber arkeologi , epigrafi ataupun sumber bangsa asing. Seperti Niddesa, sebuah teks yang menggunakan bahasa Pali berasal dari awal tarikh Masehi, menurut Coedes merupakan suber yang lebih meyakinkan karena disebut satu daftar nama tempat dalam bahsaa Sansekerta yang diintesifikasinya dengan suatu tempat di India[3]. Prasasti Sansekerta tertua di Fu-nan yang terletak di sebelah hilir dan delta sungai Mekong, Vietnam bagian selatan, yang ditetapkan sebagai masa berdirinya Fu-nan berikut pernikahan seorang Brahmana dengan seorang perempuan. Arca-arca Budha asal India sebelum abad ke-5 M juga banyak ditemukan di Vietnam dan Sulawesi menunjukan bahwa pengaruh India sejak awal abad masehi telah sampai wilayah yang cukup jauh.
            Proses Indinanisasi pada masyarakat Asia Tenggara khususnya, meskipun dari asumsi sejarawan ada yang dibawa oleh kaum ksatria atau prajurit, namun tidak sampai terjadi penaklukan militer atau penjajahan secara politik atas nama suatu wilayah. Berdirinya kerajaan Hindu-Buddha itu menurut Coedes hanya memiliki hubungan tradisi dengan dinasti yang memerintah di India. Hal ini berlawanan dengan cara penyebaran kebudayaan Cina yang memang berjalan bersamaan. Orang Cina bertindak dengan cara penjajahan dan pencaplokan kawasan-kawasan suatu wilayah untuk menyebarkan kebudayaannya. Hingga negeri yang ditaklukan Cina dipaksakan untuk meniru adat, kebiasaan, dan bahasanya[4]. Meskipun beriringan budaya India lebih mendominasi dan dapat diterima banyak masyarakat di kawasan Asia Tenggara hingga berdampak pada pelbagai aspek kehidupan, budaya, dan tatanan masyarakat.



DAFTAR PUSTAKA
Coedes, George, Asia Tenggara Masa Hindu-Budha, Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 2010 ;
Hall, D.G.E. Sejarah Asia Tenggara I (Terj. I.P. Soewarsha). Surabaya: Usaha
            Nasional, 1988.
Indonesia Dalam Arus Sejarah, jilid II, PT Ictiar Baru van Hoeve kerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2012



[1] D.G.E.Hall, Sejarah Asia Tenggara. Hlm 14
[2] George Coedes, Asia Tenggara Masa Hindu-Buddha. 2010. Hlm : 53
[3] Ibid. Hlm : 44
[4] Ibid. Hlm : 66

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERKEMBANGAN FOLKLORE DI INDONESIA

www.folkloretravel.com Kebudayaan yang kini berkembang di masyarakat merupakan hasil pewarisan dari kebudayaan luhur terdahulu. Melalui banyak metode/cara tradisi masyarakat dapat tersalurkan dan terwarisi oleh generasi selanjutnya. Kebudayaan sendiri merupakan keseluruhan system, gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka menghidupi kehidupannya serta dijadikan sarana untuk belajar. Wujud dari kebudayaan itu antara lain ide/gagasan/norma/aturan/nilai yang kesemua itu menghasilkan wujud benda/fisik budaya. Kebudayaan hanya dapat berkembang di dalam masyarakat. Hal itu jelas bahwa tanpa adanya subyek yakni masyarakat tentu budaya tidak akan pernah ada dan berkembang. Di saat kebudayaan ini berkembang tentu menjumpai adanya budaya baru dari luar budaya induknya. Hal tersebut dapat menjadi salah satu kekuatan untuk mengakulturasi atau terjadinya proses percampuran budaya atau malah menjadi salah satu faktor untuk degradasi budaya (penurunan budaya). Folklore me

JEJAK KULINER NUSANTARA JAWA TIMUR

makanansehat.biz                    Indonesia sebagai bangsa yang besar memiliki perjalanan sejarah yang panjang. Perjalanan sejarah Indonesia sudah barang tentu tidak dapat dilepaskan dari pengaruh bangsa-bangsa luar. Pengaruh itu meliputi keragaman dari banyak hal seperti halnya sistem pemerintahan, sistem sosial kemasyarakatan, sistem perekonomian, teknologi dan sebagainya. Namun juga terdapat suatu hal yang maenarik yaitu dengan adanya pengaruh dari pihak luar budaya tradisional bangsa Indonesia tidak tergantikan. Seperti halnya adat istiadat, norma, bahkan pada keragaman jenis makanan. Makanan sebagai suatu hasil dari kebudayaan manusia pertama-tama memiliki peran sebagai alat pemenuhan kebutuhan primer. Tidak hanya itu peran makanan dalam kehidupan manusia bahkan sampai pada ranah untuk kegunaan religuisitas. Hal itu tercermin dari kebudayaan Jawa yang banyak melakukan ritual-ritual adat dan makananpun menjadi hal yang tidak bisa dilepaskan [1] . Keberadaan makanan tra

KOMIK STRIP TENTANG KERUSAKAN LINGKUNGAN