Kehidupan masa muda memang mengasyikkan.
Banyak hal yang dapat dilakukan pada masa ini, karena masih memiliki tenaga
yang lebih banyak ketimbang masa kanak-kanan ataupun masa tua. Hal tersebut
seperti halnya menuntut ilmu, berkarya, ataupun bekerja. Semua hal dicoba dan
dilakukan demi mencari jati diri. Cita-cita dan harapan hidup menghiasi
hari-hari, masa transisi ini. Idealisme dan semangat yang tinggi merupakan
harta kekayaan pada masa ini. Tawa dan canda bersama kawan-kawan seusia yang
tak terasa banyak memakan waktu. Bahkan menghabiskan waktu bersama kawan diluar
rumah lebih asyik dilakukan daripada dengan keluarga di rumah sendiri.
Pengalaman menjadi barang berharga yang paling dicari selain kawan baru pada
masa ini.
Bagi pemuda yang beruntung dapat menimba ilmu
lanjutan adalah suatu anugerah terindah yang diberikan Allah dan suatu
kebanggaan serta lambang kebahagiaan kedua orangtua. Menimba ilmu pada masa
muda banyak sekali amanah yang didapatkan selain murninya ilmu itu. Kawan baru,
pengalaman baru, masalah baru, bahkan harapan baru semua hal akan dapat
didapatkan dibangku-bangku kelas. Tak hanya didalam kelas yang penuh dengan
bangku dan diktat, diskusi luar kelas bahkan pengembangan diri dengan masuk ke
dalam organisasi membuka pintu selebar-lebarnya untuk menggodok diri. Tentu hal
itu sudah banyak dilakukan oleh sebagian besar pemuda yang beruntung dapat
memakai jas almamater dan mendengarkan ceramah dosen.
Saat menimba ilmu inilah terkadang seorang
pemuda harus meninggalkan sangkarnya untuk merantau. Di tanah rantau itu
kemudian segala hal yang dilakukan tidak lagi dapat pengawasan secara langsung
oleh kedua orangtua. Hanya rasa tanggung jawab dan kejujuran diri yang dapat
menyelamatkan pemuda di tanah rantau ini. Kedua hal inilah yang saya rasakan
kini. Menjadi pemuda yang beruntung untuk dapat menimba ilmu lanjutan dengan
memilih untuk merantau untuk membuat sangkar baru dan keluar dari zona nyaman
saya untuk menaruhkan cita-cita. Awalnya memang berat harus berlatih
memanajemen diri, mulai dari manajemen waktu, uang, bahkan jadwal makan, namun
apa salahnya jika dicoba untuk survival di tengah hutan rimba ini.
Saat merantau ini perlu adanya sangkar atau
rumah baru yang nyaman dan dapat memicu diri kita agar lebih baik. Namanya juga
rumah, yang pasti didalamnya saya harus mendapatkan keluarga baru dan suasana
didalamnya yang membuat saya tenang untuk berkarya. Awalnya saya hanya lah
seekor kucing rumahan yang sulit untuk mencari rumah baru itu bahkan saya
sering berganti rumah baru. Ketidakcocokan lah yang sering menjadi alasan saya
memilih untuk sering berpindah rumah baru itu.
Petualangan saya untuk mencari rumah baru
itu kemudian terhenti di dalam suatu waktu saya terbang untuk memilih masuk
kedalam rumah “angker” yang didalamnya juga terdapat macan-macan hebat lainnya.
Saya sebelumnya telah banyak mendengar cerita hebat yang berlatar belakang
rumah itu, banyak yang menjadi elang atau rajawali hebat saat berproses dan
berhasil keluar dari sana. Memang saat pembukaan seleksi awal angkatan baru di
rumah itu saya tidak dapat mengikuti meskipun telah ada kemauan, namun
keinginan yang terus menggebu dalam hati agar dapat masuk dalam rumah yang
memiliki sebutan “Kawah Candradimuka” itu. Saya merasa menjadi macan yang
beruntung, dipertengahan proses tempaan di rumah itu, ada macan hebat yang
memilih untuk menempa diri di sangkar lain dan memutuskan untuk keluar dari
sana. Akhirnya saya mencoba untuk mendaftarkan diri di rumah itu. Tahapan tes
saya lalui dengan optimis dapat mengalahkan macan hebat yang juga ingin masuk
di sangkar ini. Jam berganti hari, semakin penasaran dengan hasil tesnya apakah
saya memang termasuk macan yang sejenis dengan teman-teman yang lebih dulu
bertarung disana?. Yaa pertanyaan itu terjawab sudah. Alhamdulillah atas izin Allah,
saya dinyatakan lolos masuk peserta pengganti dan siap terbang bersama
macan-macan hebat lainnya.
Pada awalnya saya merasa asing terbang di
sangkar ini. Pertama saya melihat didinding terpasang foto lengkap dari
angkatan sebelumnya, kompetensi dasar , ROOM PK yang terfigura rapi didinding
aula. Tumpukan buku rapi dihiasi dengan pelbagai cindera mata dari berbagai
belahan dunia harus bersanding dengan kehidupan ikan didalam akuarium. Foto
presiden beserta wakilnya juga turut mewarnai pandangan saya pertama masuk di
sangkar ini. Saat itu saya langsung saja ikut dalam suatu kegiatan dialog
tokoh. Formasi lengkap semua peserta yang lebih dulu masuk disini cepat saja
berkumpul dan bersila di aula. Satu persatu saya salami dan mulai mengawali
perbincangan untuk perkenalan. Pertama-tama memang sulit mengahafal nama teman
baru, apalagi belum pernah satupun bertemu sebelumnya. Jas hitam dengan bordir
logo “Rumah Kepemimpinan” di dada melengkapi atribut macan-macan asrama itu.
Meskipun saya menjadi macan baru disini, tak ada yang memandangku sebelah mata
atau merendahkan saya sebagai kucing rumahan yang salah masuk sangkar. Malah
mereka yang banyak bertanya tentang diri saya. Kemudian saat ending agenda
pertama saya itu, sang pemateri menanyai kami satu persatu cita-cita atau
harapan terbesar nanti. Wah telinga dan hati saya bergetar mendengarkan impian
dari macan-macan hebat ini. Mulai dari jajaran Menteri, kepala di BUMN, hingga
founder LSM, semuanya mulia sekali.
Saat itu saya mengungkapkan cita-cita saya
yaitu untuk menjadi ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) . Sedikit
saya ceritakan alasan saya memilih cita-cita saya tersebut adalah fokus dan
latar belakang saya yang menyukai kegiatan kepada anak-anak. Juga dikarenakan
saya prihatin atas kejahatan dengan anak menjadi sasaran , begitupun kasus
eksploitasi anak dengan memperkejakannya sehingga waktu untuk berimajinasi dan
berkreasinya menjadi tersita.Terakhir adalah karena pendidikan anak yang sampai
saat ini belum merata, padahal dengan pendidikanlah seorang anak dapat memilih
cita-cita stinggi langit dan dapat merubah lingkungan sekitarnya. Saya
mengawali untuk meraih cita-cita saya ini pada saat sebelum masuk sangkar Rumah
Kepemimpinan ini, yaitu dengan menulis buku Cerita Rakyat dan Budaya Tradisi
Nusantara yang berisi empat belas cerita rakyat dari berbagai daerah di
Indonesia yang pada awalnya buku itu saya bagikan saat program pengabdian saya
di Desa Pota Wangka, Labuan Bajo yang memang membutuhkan perhatian khusus.
Kegiatan itu saya tulis lengkap dalam laman blog saya yunazkaraman.blogspot.com
dan telah dimuat di Harian Surya. Itulah kenapa saya memilih pada bidang ini,
untuk selanjutnya bersama macan lainnya menaruhkan cita-citanya di sangkar baru
ini.
Hampir semua cita-cita macan muda sudah
saya dengar. Sekali lagi tak ada yang tak mungkin di dunia ini, saya yakin
dengan usaha mereka semua menepa diri di sangkar ini pasti suatu saat tongkat
estafet kepemimpinan bangsa akan dipegang oleh macan-macan ini. Siang itulah
secara resmi saya menjadi macan dibawah langit sangkar baru “Rumah Kepemimpian”
dan diatas samudera cita bersama 34 macan hebat lainnya saya menempa diri di
dalam kawah ini. Syukuran sederhana menyambut saya dengan tumpeng diatas karpet
cita itu. Tawa dan canda macan-macan lain saat itu membawai pandangan pertama
saya, dengan cara sederhana kemudian kami berbagi segala hal, mulai dari
makanan hingga pengalaman larut didalamnya.
Hari demi hari saya melatih diri dalam
sangkar ini. Memang awalnya perlu adanya adaptasi dengan lingkungan baru, yang
awalnya saya menjadi macan yang bebas kesana-kemari tiada peraturan.
Pertama-tama saya tertatih–tatih jatuh ke sana kemari, jadwal agenda asrama dan
organisasi lain yang bertabrakan dan halangan lain yang membuat saya
mengharuskan memiliki suatu strategi. Manajemen diri, waktu, dan barang
dituntut secara tidak langsung dalam sangkar ini. Tidak hanya masalah duniawiah
saja, perihal hubungan vertikal dengan Allah juga dilatih dalam sangkar Rumah
Kepemimpinan ini. Memang faktor ini merupakan landasan dalam setiap menentukan
langkah berikutnya, agar selamat di dunia dan di akhirat nanti. Saling
mengingatkan setiap hari agar selalu ingat untuk beribadah dan berdoa, semakin
meyakinkan saya dengan textline “Sahabat Sampai Surga” disini. Tak ada senioritas,
hanya rasa ukhwah yang terjalin melilit keseharian baru ini. Kini saya sudah
siap menjadi macan yang dilatih untuk menjadi kuat dan siap menghadapi halang
rintang di masa depan nanti, serta untuk mewujudkan cita-cita mulia kami.
Komentar
Posting Komentar