Langsung ke konten utama

Masuk di Sangkar "Rumah Kepemimpinan": Bersama kawan-kawan Heroboyo8




Kehidupan masa muda memang mengasyikkan. Banyak hal yang dapat dilakukan pada masa ini, karena masih memiliki tenaga yang lebih banyak ketimbang masa kanak-kanan ataupun masa tua. Hal tersebut seperti halnya menuntut ilmu, berkarya, ataupun bekerja. Semua hal dicoba dan dilakukan demi mencari jati diri. Cita-cita dan harapan hidup menghiasi hari-hari, masa transisi ini. Idealisme dan semangat yang tinggi merupakan harta kekayaan pada masa ini. Tawa dan canda bersama kawan-kawan seusia yang tak terasa banyak memakan waktu. Bahkan menghabiskan waktu bersama kawan diluar rumah lebih asyik dilakukan daripada dengan keluarga di rumah sendiri. Pengalaman menjadi barang berharga yang paling dicari selain kawan baru pada masa ini.

 Bagi pemuda yang beruntung dapat menimba ilmu lanjutan adalah suatu anugerah terindah yang diberikan Allah dan suatu kebanggaan serta lambang kebahagiaan kedua orangtua. Menimba ilmu pada masa muda banyak sekali amanah yang didapatkan selain murninya ilmu itu. Kawan baru, pengalaman baru, masalah baru, bahkan harapan baru semua hal akan dapat didapatkan dibangku-bangku kelas. Tak hanya didalam kelas yang penuh dengan bangku dan diktat, diskusi luar kelas bahkan pengembangan diri dengan masuk ke dalam organisasi membuka pintu selebar-lebarnya untuk menggodok diri. Tentu hal itu sudah banyak dilakukan oleh sebagian besar pemuda yang beruntung dapat memakai jas almamater dan mendengarkan ceramah dosen.

 Saat menimba ilmu inilah terkadang seorang pemuda harus meninggalkan sangkarnya untuk merantau. Di tanah rantau itu kemudian segala hal yang dilakukan tidak lagi dapat pengawasan secara langsung oleh kedua orangtua. Hanya rasa tanggung jawab dan kejujuran diri yang dapat menyelamatkan pemuda di tanah rantau ini. Kedua hal inilah yang saya rasakan kini. Menjadi pemuda yang beruntung untuk dapat menimba ilmu lanjutan dengan memilih untuk merantau untuk membuat sangkar baru dan keluar dari zona nyaman saya untuk menaruhkan cita-cita. Awalnya memang berat harus berlatih memanajemen diri, mulai dari manajemen waktu, uang, bahkan jadwal makan, namun apa salahnya jika dicoba untuk survival di tengah hutan rimba ini. 




 Saat merantau ini perlu adanya sangkar atau rumah baru yang nyaman dan dapat memicu diri kita agar lebih baik. Namanya juga rumah, yang pasti didalamnya saya harus mendapatkan keluarga baru dan suasana didalamnya yang membuat saya tenang untuk berkarya. Awalnya saya hanya lah seekor kucing rumahan yang sulit untuk mencari rumah baru itu bahkan saya sering berganti rumah baru. Ketidakcocokan lah yang sering menjadi alasan saya memilih untuk sering berpindah rumah baru itu.  

Petualangan saya untuk mencari rumah baru itu kemudian terhenti di dalam suatu waktu saya terbang untuk memilih masuk kedalam rumah “angker” yang didalamnya juga terdapat macan-macan hebat lainnya. Saya sebelumnya telah banyak mendengar cerita hebat yang berlatar belakang rumah itu, banyak yang menjadi elang atau rajawali hebat saat berproses dan berhasil keluar dari sana. Memang saat pembukaan seleksi awal angkatan baru di rumah itu saya tidak dapat mengikuti meskipun telah ada kemauan, namun keinginan yang terus menggebu dalam hati agar dapat masuk dalam rumah yang memiliki sebutan “Kawah Candradimuka” itu.  Saya merasa menjadi macan yang beruntung, dipertengahan proses tempaan di rumah itu, ada macan hebat yang memilih untuk menempa diri di sangkar lain dan memutuskan untuk keluar dari sana. Akhirnya saya mencoba untuk mendaftarkan diri di rumah itu. Tahapan tes saya lalui dengan optimis dapat mengalahkan macan hebat yang juga ingin masuk di sangkar ini. Jam berganti hari, semakin penasaran dengan hasil tesnya apakah saya memang termasuk macan yang sejenis dengan teman-teman yang lebih dulu bertarung disana?. Yaa pertanyaan itu terjawab sudah. Alhamdulillah atas izin Allah, saya dinyatakan lolos masuk peserta pengganti dan siap terbang bersama macan-macan hebat lainnya.

Pada awalnya saya merasa asing terbang di sangkar ini. Pertama saya melihat didinding terpasang foto lengkap dari angkatan sebelumnya, kompetensi dasar , ROOM PK yang terfigura rapi didinding aula. Tumpukan buku rapi dihiasi dengan pelbagai cindera mata dari berbagai belahan dunia harus bersanding dengan kehidupan ikan didalam akuarium. Foto presiden beserta wakilnya juga turut mewarnai pandangan saya pertama masuk di sangkar ini. Saat itu saya langsung saja ikut dalam suatu kegiatan dialog tokoh. Formasi lengkap semua peserta yang lebih dulu masuk disini cepat saja berkumpul dan bersila di aula. Satu persatu saya salami dan mulai mengawali perbincangan untuk perkenalan. Pertama-tama memang sulit mengahafal nama teman baru, apalagi belum pernah satupun bertemu sebelumnya. Jas hitam dengan bordir logo “Rumah Kepemimpinan” di dada melengkapi atribut macan-macan asrama itu. Meskipun saya menjadi macan baru disini, tak ada yang memandangku sebelah mata atau merendahkan saya sebagai kucing rumahan yang salah masuk sangkar. Malah mereka yang banyak bertanya tentang diri saya. Kemudian saat ending agenda pertama saya itu, sang pemateri menanyai kami satu persatu cita-cita atau harapan terbesar nanti. Wah telinga dan hati saya bergetar mendengarkan impian dari macan-macan hebat ini. Mulai dari jajaran Menteri, kepala di BUMN, hingga founder LSM, semuanya mulia sekali. 

Saat itu saya mengungkapkan cita-cita saya yaitu untuk menjadi ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) . Sedikit saya ceritakan alasan saya memilih cita-cita saya tersebut adalah fokus dan latar belakang saya yang menyukai kegiatan kepada anak-anak. Juga dikarenakan saya prihatin atas kejahatan dengan anak menjadi sasaran , begitupun kasus eksploitasi anak dengan memperkejakannya sehingga waktu untuk berimajinasi dan berkreasinya menjadi tersita.Terakhir adalah karena pendidikan anak yang sampai saat ini belum merata, padahal dengan pendidikanlah seorang anak dapat memilih cita-cita stinggi langit dan dapat merubah lingkungan sekitarnya. Saya mengawali untuk meraih cita-cita saya ini pada saat sebelum masuk sangkar Rumah Kepemimpinan ini, yaitu dengan menulis buku Cerita Rakyat dan Budaya Tradisi Nusantara yang berisi empat belas cerita rakyat dari berbagai daerah di Indonesia yang pada awalnya buku itu saya bagikan saat program pengabdian saya di Desa Pota Wangka, Labuan Bajo yang memang membutuhkan perhatian khusus. Kegiatan itu saya tulis lengkap dalam laman blog saya yunazkaraman.blogspot.com dan telah dimuat di Harian Surya. Itulah kenapa saya memilih pada bidang ini, untuk selanjutnya bersama macan lainnya menaruhkan cita-citanya di sangkar baru ini. 

Hampir semua cita-cita macan muda sudah saya dengar. Sekali lagi tak ada yang tak mungkin di dunia ini, saya yakin dengan usaha mereka semua menepa diri di sangkar ini pasti suatu saat tongkat estafet kepemimpinan bangsa akan dipegang oleh macan-macan ini. Siang itulah secara resmi saya menjadi macan dibawah langit sangkar baru “Rumah Kepemimpian” dan diatas samudera cita bersama 34 macan hebat lainnya saya menempa diri di dalam kawah ini. Syukuran sederhana menyambut saya dengan tumpeng diatas karpet cita itu. Tawa dan canda macan-macan lain saat itu membawai pandangan pertama saya, dengan cara sederhana kemudian kami berbagi segala hal, mulai dari makanan hingga pengalaman larut didalamnya.  

Hari demi hari saya melatih diri dalam sangkar ini. Memang awalnya perlu adanya adaptasi dengan lingkungan baru, yang awalnya saya menjadi macan yang bebas kesana-kemari tiada peraturan. Pertama-tama saya tertatih–tatih jatuh ke sana kemari, jadwal agenda asrama dan organisasi lain yang bertabrakan dan halangan lain yang membuat saya mengharuskan memiliki suatu strategi. Manajemen diri, waktu, dan barang dituntut secara tidak langsung dalam sangkar ini. Tidak hanya masalah duniawiah saja, perihal hubungan vertikal dengan Allah juga dilatih dalam sangkar Rumah Kepemimpinan ini. Memang faktor ini merupakan landasan dalam setiap menentukan langkah berikutnya, agar selamat di dunia dan di akhirat nanti. Saling mengingatkan setiap hari agar selalu ingat untuk beribadah dan berdoa, semakin meyakinkan saya dengan textline “Sahabat Sampai Surga” disini. Tak ada senioritas, hanya rasa ukhwah yang terjalin melilit keseharian baru ini. Kini saya sudah siap menjadi macan yang dilatih untuk menjadi kuat dan siap menghadapi halang rintang di masa depan nanti, serta untuk mewujudkan cita-cita mulia kami.  



Komentar

Postingan populer dari blog ini

JEJAK KULINER NUSANTARA JAWA TIMUR

makanansehat.biz                    Indonesia sebagai bangsa yang besar memiliki perjalanan sejarah yang panjang. Perjalanan sejarah Indonesia sudah barang tentu tidak dapat dilepaskan dari pengaruh bangsa-bangsa luar. Pengaruh itu meliputi keragaman dari banyak hal seperti halnya sistem pemerintahan, sistem sosial kemasyarakatan, sistem perekonomian, teknologi dan sebagainya. Namun juga terdapat suatu hal yang maenarik yaitu dengan adanya pengaruh dari pihak luar budaya tradisional bangsa Indonesia tidak tergantikan. Seperti halnya adat istiadat, norma, bahkan pada keragaman jenis makanan. Makanan sebagai suatu hasil dari kebudayaan manusia pertama-tama memiliki peran sebagai alat pemenuhan kebutuhan primer. Tidak hanya itu peran makanan dalam kehidupan manusia bahkan sampai pada ranah untuk kegunaan religuisitas. Hal itu tercermin dari kebudayaan Jawa yang banyak melakukan ritual-ritual adat dan makananpun menjadi hal yang tidak bisa dilepaskan [1] . Keberadaan makanan tra

PERKEMBANGAN FOLKLORE DI INDONESIA

www.folkloretravel.com Kebudayaan yang kini berkembang di masyarakat merupakan hasil pewarisan dari kebudayaan luhur terdahulu. Melalui banyak metode/cara tradisi masyarakat dapat tersalurkan dan terwarisi oleh generasi selanjutnya. Kebudayaan sendiri merupakan keseluruhan system, gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka menghidupi kehidupannya serta dijadikan sarana untuk belajar. Wujud dari kebudayaan itu antara lain ide/gagasan/norma/aturan/nilai yang kesemua itu menghasilkan wujud benda/fisik budaya. Kebudayaan hanya dapat berkembang di dalam masyarakat. Hal itu jelas bahwa tanpa adanya subyek yakni masyarakat tentu budaya tidak akan pernah ada dan berkembang. Di saat kebudayaan ini berkembang tentu menjumpai adanya budaya baru dari luar budaya induknya. Hal tersebut dapat menjadi salah satu kekuatan untuk mengakulturasi atau terjadinya proses percampuran budaya atau malah menjadi salah satu faktor untuk degradasi budaya (penurunan budaya). Folklore me

KOMIK STRIP TENTANG KERUSAKAN LINGKUNGAN