Langsung ke konten utama

"Sehari" di Brunei Darussalam


      
Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin

       Kita sudah mengetahui bersama bahwa Brunei Darussalam adalah salah satu Negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia. Berbagai hal kemiripan antara warga Indonesia dengan Brunei salah satunya adalah pemakaian Bahasa Melayu dan Agama Mayoritas adalah Islam. Meskipun Brunei terletak di sebagian luasnya Pulau Kalimantan, namun Negara kecil ini kaya akan sumber daya alam minyak dan kelapa sawitnya. Saat pertama sampai di Bandara Udara Internasional Brunei di Kota Bandar Seri Begawan, Negara ini tidak akan terlihat sebagai Negara kecil, dengan megahnya bangunan dan banyaknya warga manca Negara yang berdatangan memperlihatkan bahwa Brunei adalah Negara maju. Bahkan disana saya jarang menemui adanya sepeda motor dijalan, hanya mobil, mobil dan mobil. Bahkan beberapa merk mobil yang di Indonesia sudah berkategori mobil mewah berseliweran disana.

Sarapan di pesawat


Disambut oleh pihak FASS UBD




               Perlunya belajar dan bertukar pikiran dengan mahasiswa di Negara tetangga perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana iklim akademis dan suasana kegiatan kemahasiswa. Hal itu dilakukan oleh FIB (Fakultas Ilmu Budaya)  Universitas Airlangga pada hari Kamis (2/11) untuk studi banding ke UBD (University Of Brunei Darussalam). UBD merupakan Salah satu kampus terbaik di Brunei Darussalam. Kampus ini juga termasuk kampus teratas di wilayah Asia Tenggara dan memiliki berbagai kegiatan kemahasiswaan yang bersifat internasional. UBD juga merupakan kampus unggulan dengan fasilitas yang menurut saya cukup menunjang. Yang menarik adalah di kampus ini saya tidak menemukan sepeda motor (lagi-lagi) bahkan satu mahasiswa satu mobil. Wah, kalau di kampus UNAIR malah saling berebut untuk parkir motor malah disini mobil. Mahasiswa asing juga saya lihat banyak, saat itu saya berada di kafetaria. Mading yang ada disana saya lihat juga hampir sama dengan di Indonesia, dipakai untuk memasang acara bahkan saya lihat ada poster Majelis Mahasiswa (semacam BEM UNIV disana). 

                   Berjumlahkan sebelas orang peserta berikut mahasiswa dan pihak dekanat, rombongan FIB UNAIR berangkat di hari yang sama. Tidak hanya para mahasiswa yang sudah menunggu kedatangan rombongan FIB UNAIR namun juga petinggi dari FASS (Faculty of Art and Social Sciences) UBD antusias dalam proses penjemputan di Bandara dan kemudian langsung diantar menuju kampus UBD.  Kampus ini terletak di Kota Bandar Seri Begawan dan memiliki cakupan yang cukup luas.

         Makanan disini sama dengan menu di Malaysia. Nasi lemak dan sejenisnya. Saya mencoba ayam goreng dengan saus mentega. Rasanya cukup beraneka ragam dari pedes sampai manis mentega. Di pojok salah satu gerai saya melihat ada Indomie, tapi bungkusnya berbeda dengan Indomie di Indonesia pada umumnya, warnanya merah dan minya tipis. Cuaca yang cukup mendung saat itu membuat saya merasakan gerah yang hampir sama saya rasakan di Surabaya, cukup membuat keringatan.  


Indomie Brunei

Majlis Perwakilan Pelajar ditempel di mading

               Acara pembuka adalah sambutan dari masing-masing perwakilan UBD dan FIB UNAIR oleh Dekan atau yang mewakili. Hadir pula para mahasiswa UBD yang tergabung dalam BPM (Badan Pergerakan Mahasiswa-Mahasiswi) untuk kemudian melakukan diskusi dengan perwakilan kami. Di tengah kegiatan, perwakilan mahasiswa FIB UNAIR mementaskan teater bisu dengan mengangkat tema “Indonesia Luka”. Dalam alur cerita teater mereka memperlihatkan beberapa hasil kebudayaan khas Indonesia seperti kain ulos, blangkon jawa, wayang, topeng cakil, dan alat gamelan. Klimaks dari pementasan ini ketika kain putih lebar yang diumpamakan tsunami “menggulung” para aktor diatas panggung. Disini saya adalah pemeran utama dengan membawa Burung Garuda di deapan dada. Kemudian teman-teman lainnya sekan membangkitkan lagi dengan puisi. Durasinya cukup lama, bahkan hampir satu jam disana. Saya melihat antusias dari kawan-kawan UBD yang melihat dari awal sampai akhir. Di awal sebelum kami berangkat kami diberitahu oleh Wakil Dekan I yang sudah pernah kesana, bahwa disana mahasiswa teaternya tidak main-main bahkan terdapat gedung pemetasan yang sudah bertaraf internasional. Wah pada awalnya kami merasa minder, namun pada saat pementasan ini kami percaya diri.





Dari konsep teater tersebut kami merefleksikan beberapa bencana alam yang sedang terjadi di Indonesia. Pesan yang ingin disampaikan adalah meskipun dilanda berbagai bencana namun jika bersatu maka Bangsa Indonesia akan dapat bangkit lagi serta dapat terus berhubungan baik dengan  Brunei Darussalam seabagai Negara sahabatnya. Penyerahan souvenir secara simbolis menandakan perpisahan dan berakhirnya kegiatan ini. Kami diantar oleh mahasiswa ke hotel di dekat bandara. Pada awalnya kami sebenarnya langsung pulang tapi karena maskapai kami Royal Brunei Airlines yang delay dan menungu pesawat dari Manila sehingga kami harus menggiap semalam disini. Hotel berada dikawasan mall tepatnya di lantai 3 sehingga di lantai bawah sangat ramai dan merupakan pusat perbelanjaan.

Tapi di Brunei menurut saya tidak seramai negara-negara sepetri Thailand atau Singapore. Untuk cari oleh-oleh disini saja saya tidak menemukan yang menjual barang atau souvenir khas brunei hanya saja beberapa karpet atau pernak-pernik yang ada di Indonesia. Mungkin kami tidak mengetahui dimana lokasi pusat penjualan oleh-oleh namun di pusat perbelanjaan ini benar-benar tidak seramai yang saya bayangkan. Bahkan saya mendengar lagu-lagu dangdut dari Indonesia. Akhirnya saya hanya membeli kue bolu di salah satu departement store. Yang unik disini adalah departemen store ini tidak menyediakan kresek/tas plastik sehingga harus memakai tas dari kain yang mudah di recycle. Malam itu ditambah dengan hujan yang cukup deras sehingga kami hanya berkeliling disekitaran hotel dan kemudian kembali ke kamar untuk mempersiapkan diri bangun pagi sekali untuk langsung ke Bandara jam 02.30 waktu setempat. Di bandara juga sangat sepi saya melihat banyak WNI disana. Bahkan toko-toko juga banyak yang tidak buka 24 jam sehingga kami hanya duduk-duduk setelah check in. Benar-benar pagi sehingga kami banyak yang melanjutkan tidur dan ada yang jalan-jalan. 


Saya selalu mampir ke toko buku


City Light


Sunrise di atas pesawat, sungguh lukisan Tuhan yang indah


Satu hal yang saya peroleh dari perjalanan kali ini adalah bagaimana kita harus percaya diri dengan apa yang sudah Tuhan karuniakan pada kita. Saya yakin setiap manusia diberikan keunikan masing-masing dan saya beranggapan keunikan itulah yang akan memunculkan manusia-manusia hebat. Brunei meskipun negara kecil tapi pemudanya dengan percaya diri tidak menunjukkan bahwa mereka negara yang kecil, mereka bersaing global dan siap melihat cakrawala. Terutama di Indonesia saya yakin ada optimisme yang sangat besar. Ditambah dengan kekayaan budaya dan didukung geografis yang sangat luas, sangat memudahkan Indonesia bangga dan siap untuk unjuk diri dengan masyarakat global.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERKEMBANGAN FOLKLORE DI INDONESIA

www.folkloretravel.com Kebudayaan yang kini berkembang di masyarakat merupakan hasil pewarisan dari kebudayaan luhur terdahulu. Melalui banyak metode/cara tradisi masyarakat dapat tersalurkan dan terwarisi oleh generasi selanjutnya. Kebudayaan sendiri merupakan keseluruhan system, gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka menghidupi kehidupannya serta dijadikan sarana untuk belajar. Wujud dari kebudayaan itu antara lain ide/gagasan/norma/aturan/nilai yang kesemua itu menghasilkan wujud benda/fisik budaya. Kebudayaan hanya dapat berkembang di dalam masyarakat. Hal itu jelas bahwa tanpa adanya subyek yakni masyarakat tentu budaya tidak akan pernah ada dan berkembang. Di saat kebudayaan ini berkembang tentu menjumpai adanya budaya baru dari luar budaya induknya. Hal tersebut dapat menjadi salah satu kekuatan untuk mengakulturasi atau terjadinya proses percampuran budaya atau malah menjadi salah satu faktor untuk degradasi budaya (penurunan budaya). Folklore me

JEJAK KULINER NUSANTARA JAWA TIMUR

makanansehat.biz                    Indonesia sebagai bangsa yang besar memiliki perjalanan sejarah yang panjang. Perjalanan sejarah Indonesia sudah barang tentu tidak dapat dilepaskan dari pengaruh bangsa-bangsa luar. Pengaruh itu meliputi keragaman dari banyak hal seperti halnya sistem pemerintahan, sistem sosial kemasyarakatan, sistem perekonomian, teknologi dan sebagainya. Namun juga terdapat suatu hal yang maenarik yaitu dengan adanya pengaruh dari pihak luar budaya tradisional bangsa Indonesia tidak tergantikan. Seperti halnya adat istiadat, norma, bahkan pada keragaman jenis makanan. Makanan sebagai suatu hasil dari kebudayaan manusia pertama-tama memiliki peran sebagai alat pemenuhan kebutuhan primer. Tidak hanya itu peran makanan dalam kehidupan manusia bahkan sampai pada ranah untuk kegunaan religuisitas. Hal itu tercermin dari kebudayaan Jawa yang banyak melakukan ritual-ritual adat dan makananpun menjadi hal yang tidak bisa dilepaskan [1] . Keberadaan makanan tra

KOMIK STRIP TENTANG KERUSAKAN LINGKUNGAN