Langsung ke konten utama

JIWA KEPAHLAWANAN JOKOWI DAN DAHLAN ISKAN UNTUK GENERASI “Z”

JIWA KEPAHLAWANAN JOKOWI DAN DAHLAN ISKAN UNTUK GENERASI “Z”
http://kabaraku.com/wp-content/uploads/2014/05/444.jpg

            Hari Pahlawan (10/11) baru saja disemarakkan, dengan berbagai kemeriahan untuk memperingati hari bersejarah ini. Kemeriahan itu dilengkapi dengan foto pahlawan dan foto situasi pertempuran untuk mengajak siapapun agar merasakan dan mengenang bagaimana kondisi Indonesia saat itu. Terlebih generasi muda yang harus mengetahui bagaimana perjalanan sejarah bangsanya. Di sekolah atau di institusi manapun juga ikut serta mengheningkan cipta untuk putra-putri bangsa yang telah gugur demi mempertahankan bangsa. Momentum bersejarah ini menunjukan bahwa pemuda-pemudi Indonesia kala itu memiliki jiwa nasionalisme dan patriotisme yang luar biasa. Hal ini dirasa tepat sebagai pelumas untuk mendidik generasi-generasi muda penerus bangsa agar senantiasa menghargai dan meneladani jasa pahlawannya.
Mengutip dalam referensi bebas bahwa sejak dikenalnya Teori Generasi, kita akrab dengan istilah baby boomber,generasi X, Y, Z, Alpha. Dengan pembagian itu kita juga dapat mengetahui generasi apa yang kini mendominasi di Indonesia ataupun di dunia. Jika digolongkan kategori usia generasi Z lah yang memiliki usaha dan peluang besar untuk mengembangkan dirinya. Generasi yang lahir diantara tahun 1995-2010 ini dibarengi dengan perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin canggih. Hal ini lah yang menjadi faktor pembeda dengan generasi sebelumya. Faktor ini juga berdampak pada jiwa nasionalisme dan kepahlawanan yang ada pada generasi melek gadget ini.
Generasi Z memperoleh bibit jiwa kepahlawanan yang diturunkan oleh generasi sebelumnya, dan kebanyakan oleh generasi X yang lahir dikurun tahun 1965-1980. Hal ini besambung dengan generasi X yang diturunkan oleh generasi sebelumnya yang kebanyakan adalah pelaku sejarah. Dalam hal ini jelas bagaimana sikap kepahlawanan yang ada dalam diri tiap generasi tersebut berbeda.
Penggunaan teknologi canggih saat ini menjadi "kartu AS" generasi Z dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Kecanggihan itu juga dapat menjadi pisau bermata dua dalam penggunaannya. Tidak dipungkiri bahwa kini kita mudah untuk menerima budaya luaryang jika terus menerus akan menghilangkan jiwa nasionalisme kita. Lalu bagaimanakah langkah generasi Z agar tetap memiliki jiwa kepahlawanan dan nasionalime tinggi ditengah banyaknya inovasi canggih ini ?. Dimasa pubertas ini generasi Z dengan sifat alamiahnya akan mencari sosok atau leader yang dianggap sesuai dengan jiwanya. Dapat dikatakan bahwa generasi Z didominasi anak muda yang memasuki usia produktif juga mengalami hal yang sama, namun sebagian lain sudah memiliki pandangan atau sosok yang dapat diteladani. Generasi Z kini merindukan akan sosok dengan sifat kepahlawanan yang merakyat.
Saat ini gaya kepemimpinan tokoh bangsa yang berjiwa pahlawan dan merakyat mulai menunjukan keberadaanya dan kiranya dapat diteladani oleh generasi Z Indonesia. Ada dua tokoh yang fenomenal dengan menggunakan gaya seperti itu dan cukup banyak mendapatkan simpati dikalangan generasi Z , seperti Presiden Jokowi dan Dahlan Iskan (DI). Meyandingkan kedua tokoh ini memang memiliki banyak persamaan dalam gaya memimpin. Memiliki posisi yang strategis, kedua tokoh ini selalu nyentrik dan memiliki ide yang inovatif dan solutif serta tidak banyak berdebat. Keduanya juga memiliki latar belakang yang hampir sama, dimana tidak dilahirkan dari elit politik dan dibesarkan dalam kondisi keluarga yang sederhana.
Jokowi dan DI memulai segala ketercapaiannya dari nol dan dengan usaha yang menguras jiwa dan raga. Upaya Jokowi memulai usaha mebel awalnya hanya membantu saudaranya hingga menjadi ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) dan Dahlan yang memulai merintis karir dengan magang sebagai wartawan di majalah Tempo hingga menguasai Jawa Pos. Setelah Jokowi dan DI berproses dan meraih apa diinginkan, mereka tidaklah bersikap arogan dan bertindak sok penguasa. Bahkan jika dilihat dari cara berpakaiannya kini pun keduanya hampir sama, tidak memakai barang serba mewah dan memilih untuk menggunakan hasil kreasi bangsa sendiri. Gaya kepahlawanan yang merakyat pada tokoh ini juga terlihat jika mereka banyak menabrak protokoler yang terkesan malah menghambat kinerja mereka.
Gaya tidak biasa yang dimiliki kedua tokoh ini membuat center of interest dimata generasi Z.  Tidak banyak betele-tele dan mau berbaur langsung dengan rakyat serta dengan penampilan yang sederhanalah yang malah dipilih generasi muda Indonesia sebagai panutan. Dilain itu generasi Z, telah lelah dengan hanya menonton tokoh-tokoh bangsa yang suka berdebat, terkesan formal, hanya mengumbar janji dan tidak memiliki jiwa kepahlawanan yang merakyat. Meskipun DI akhir-akhir ini diberitakan tersandung kasus, namun hal itu tidak menyurutkan simpati publik utamanya generasi muda. Terlihat pada kolom MOMENTUM DAHLAN pada Jawa Pos banyak anak muda yang merindukan sosok kepahlawanan seperti DI mendukung secara moril. Begitupun dalam pemilihan presiden 2014, dimana pada awalnya sempat ramai di dunia maya untuk mencalonkan Dahlan Iskan dan Jokowi sebagai RI 1 dan RI 2.

Kehadiran kedua tokoh berjiwa kepahlawanan yang merakyat ini supaya menjadi dobrakan sosial untuk menanggulangi kegalauan sosial pada generasi Z.  Kerja keras dan cara-cara inovatif kedua tokoh ini jika diimplemtasikan ke dalam generasi Z dengan kemajuan teknologi maka kelak Indonesia akan banyak menghadirkan pemimpin berjiwa kepahlawanan yang merakyat dan dapat menguatkan jati diri Indonesia.    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERKEMBANGAN FOLKLORE DI INDONESIA

www.folkloretravel.com Kebudayaan yang kini berkembang di masyarakat merupakan hasil pewarisan dari kebudayaan luhur terdahulu. Melalui banyak metode/cara tradisi masyarakat dapat tersalurkan dan terwarisi oleh generasi selanjutnya. Kebudayaan sendiri merupakan keseluruhan system, gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka menghidupi kehidupannya serta dijadikan sarana untuk belajar. Wujud dari kebudayaan itu antara lain ide/gagasan/norma/aturan/nilai yang kesemua itu menghasilkan wujud benda/fisik budaya. Kebudayaan hanya dapat berkembang di dalam masyarakat. Hal itu jelas bahwa tanpa adanya subyek yakni masyarakat tentu budaya tidak akan pernah ada dan berkembang. Di saat kebudayaan ini berkembang tentu menjumpai adanya budaya baru dari luar budaya induknya. Hal tersebut dapat menjadi salah satu kekuatan untuk mengakulturasi atau terjadinya proses percampuran budaya atau malah menjadi salah satu faktor untuk degradasi budaya (penurunan budaya). Folklore me

JEJAK KULINER NUSANTARA JAWA TIMUR

makanansehat.biz                    Indonesia sebagai bangsa yang besar memiliki perjalanan sejarah yang panjang. Perjalanan sejarah Indonesia sudah barang tentu tidak dapat dilepaskan dari pengaruh bangsa-bangsa luar. Pengaruh itu meliputi keragaman dari banyak hal seperti halnya sistem pemerintahan, sistem sosial kemasyarakatan, sistem perekonomian, teknologi dan sebagainya. Namun juga terdapat suatu hal yang maenarik yaitu dengan adanya pengaruh dari pihak luar budaya tradisional bangsa Indonesia tidak tergantikan. Seperti halnya adat istiadat, norma, bahkan pada keragaman jenis makanan. Makanan sebagai suatu hasil dari kebudayaan manusia pertama-tama memiliki peran sebagai alat pemenuhan kebutuhan primer. Tidak hanya itu peran makanan dalam kehidupan manusia bahkan sampai pada ranah untuk kegunaan religuisitas. Hal itu tercermin dari kebudayaan Jawa yang banyak melakukan ritual-ritual adat dan makananpun menjadi hal yang tidak bisa dilepaskan [1] . Keberadaan makanan tra

KOMIK STRIP TENTANG KERUSAKAN LINGKUNGAN