IYFN kali ini diselenggarakan di Pulau Dewata, Bali
dengan tujuan untuk mengenalkan keindahan pesona alam Indonesia. Awalnya untuk
mengikuti kegiatan ini harus mendaftar secara online dan mengisi beberapa form pendaftaran. Menurut pribadi saya
tidak terlalu sulit untuk mendaftar di IYFN, selain form pendaftaran yang mudah
persyaratannya pun tidak rumit. Setelah mendaftar beberapa hari kemudian akan
dikirim e-mail oleh panitia terkait
lolos tidaknya pendaftar. Bagi pendaftar yang dinyatakan lolos akan diterima
surat pernyataan lolos dan panduan selama mengikuti kegiatan nantinya.
Dikarenakan panitia penyelenggara adalah lembaga swadaya dan tidak ada bantuan
dari pemerintah, maka peserta diharuskan untuk membayar biaya registrasi guna
kelangsungan acara.
Jangka waktu pembayaran terakhir dan dimulainya IYFN
hanya berjarak satu Minggu. Kegiatan IYFN dilaksanakan selama lima hari mulai
tanggal 3 Oktober 2016 sampai 8 Oktober 2016. Panitia lalu menanyakan lewat e-mail terkait dengan keberangkatan
peserta dari tempat tinggal masing-masing. Hampir seluruh peserta saat itu
berangkat menggunakan pesawat terbang, mengingat bahwa peserta tidak hanya dari
Indonesia.
Di hari pertama panitia mengagendakan untuk
penjemputan seluruh peserta. Panitia juga telah berada di terminal kedatangan
di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali sesuai dengan konfirmasi
kedatangan peserta. Semua peserta yang telah datang akan di antar ke hotel
tepatnya di Crystal Hotel Kuta, Bali. Peserta akan bermalam di kamar yang telah
ditentukan oleh panitia. Dimalam hari pertama seluruh peserta berkumpul di
auditorium hotel untuk jamuan makan malam dan perkenalan singkat. Jumlah total
peserta berjumlah 27 orang dari berbagai negara di kawasan Asia. Mulai dari Indonesia sendiri, Thailand, Myanmar,Pakistan, Bangladesh, India, dan Belize (Amerika). Setelah semua
berkenalan dan kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat. Saya mendapat kamar di nomor 312 dengan pemuda berkewarganegaraan Myanmar, bernama Paing Kaung Khant namun biasa dipanggil Peter. Dia berangkat bersama seorang temannya dan semuanya masih berusia 16 tahun. Mereka sedang mengisi liburannya setelah lulus tingkat SMA. Bahasa pengantar kami selama kegiatan adalah bahasa Inggris, semakin berasa bahwa kita adalah terdiri dari berbagai etnis di dunia adalah saat berbahasa Inggris namun masih dengan dialek khas mereka
Pada hari berikutnya peserta memulai kegiatan pada
pukul 08.00 WITA untuk pembukaan secara resmi. IYFN#3 ini dibuka langsung oleh
ketua penyelengara dan direktur dari AYFN yang semuanya berasal dari Indonesia.
Panitia juga mengenalkan visi dan misi AYFN dan tujuan utama dilakukan kegiatan
ini. Setelah itu dilanjutkan dengan perkenalan secara resmi dari masing-masing
delegasi dan telah dibuatkan video beserta foto untuk ditayangkan. Dilanjutkan dengan
pemaparan oleh Jegeg Bagus Bali (semacam duta pariwisata) mengenai pesona alam
dan wisata di Bali secara umum. Hanya sebentar perwakilan dari Jegeg Bagus Bali
lalu diambil alih oleh WOW Bali. WOW Bali juga merupakan salah satu perkumpulan
aktivis dari berbagai negara yang berkonsentrasi di bidang kepemudaan dan
lingkungan. Pada hari ini ditutup dengan games seru dan makan malam bersama.
Pada tanggal 5 Oktober 2016, tepatnya pada hari
ke-3. Kami mengadakan acara, tetap dengan WOW Bali namun tempatnya tidak didalam
hotel. Kami mengunjungi salah satu perkebunan yang dikembangkan oleh WOW Bali
yaitu di Sekar Bumi Tropical Farm
yang letaknya di Gianyar, Bali. Disana kami melihat bagaimana desa alami Bali yang masih hijau dan jauh dari suara bising kota serta lalu lalang turis mancanegara. Pertama kami diajak untuk merelaksasi diri dengan sedikit yoga. Badan kami merasa segar kembali dan juga kami diajarkan membuat hiasan bunga yang dipetik dari kebun disana.
Rangkaian bunga yang telah kami buat kemudian kami presentasikan arti atau alasan rangkaian bunga yang kita buat. Dari keempat kelompok kami saat itu semuanya bagus, bahkan media atau pot untuk menanam tidak muat. Dengan membawa hasil karya tersebut, kami diajak memasuki gubug yang terbuat dari kayu. Gubug itu menurut saya merupakan bangunan yang artistik. Karena jika dilihat lagi bangunan itu mirip Rumah Panggung namun berbentuk lingkaran. Memasuki ruang itu kami dihempas oleh dinginnya hawa disana. Di banguna itu juga sering dibuat kgiatan yoga atau kegiatan untuk menyegarkan diri dengan hiruk pikuknya perkotaan. Disana kami diajak untuk mengenal diri kami lebih dalam lagi, potensi diri, dan tujuan kami untuk "hidup". Kami juga diajarkan bagaimana membuat peta untuk diri kita, dimana kita akan mengembangan potensi yang ada. Kegiatan kedua ini kami tutup dengan mengunjungi Tanah Lot, kawasan wisata yang sangat terkenal di Bali. Setalh itu kami pulang ke penginapan dan malam hari kami berdiskusi mengenai kegiatan sehari-hari di negara masing-masing dan membahas permasalahan yang sedang berlangsung di berbagai negara.
Kegiatan di hari ketiga juga diadakan di luar ruangan. Tepatnya di danau Batur dibawah kaki gunung Batur. Kegiatan disana juga mengenai pengajaran soft skill oleh Hai Dai. Dia adalah pemateri kami sjak dihari pertama. Selain itu kita juga diajarkan untuk menggali apa tujuan hidup kita di dunia dan lebih mendkatkan kepada Sang Maha Kuasa. Setelah itu pasa siang hari kami diajak ke pemandian air panas alami yang berada diatas danau. Disamping kiri kanan perjalanan terlihat tumpukan lava hitam yang mengeras bekas letusan Gunung Batur dimasa silam. Pemandangan itu indah sekali dan juga ditempat ini sering digunakan sebagai tempat shooting sinetron ataupun film. Perjalanan menuju Kuta sedikit lama karena jalan menuju pusat oleh-oleh KRISNA sangat padat. Kami menuju pusat oleh-oleh dan membeli souvenir khas Bali untuk keluarga dirumah. Peserta dari Pakistan, Halar dan dari Myanmar Peter merencanakan untuk kembali ke Hotel belakangan dan masih ingin menikmati suasana malam di Bali. Sebagian kami pulang ke hotel dan beristirahat untuk mempersiapkan kegiatan esok hari. Setelah sampai kamar, Saya, Kat teman dari Thailand, dan dua teman lainnya berencana untuk melanjutkan diskusi kemarin malam di kolam renang. Kamipun bertukar pikiran dan berdiskusi mengenai politik dan kebudayaan yang ada di Indonesia dan Thailand.
Berlanjut ke hari keempat yaitu sekaligus penutupan kegiatan ini. Kami beranjak ke Garuda Wisnu Kencana, Bali untuk melihat pesona Bali dengan adanya patung Dewa Wisnu yang sangat besar. Saat berkeliling disana, waktu kami jga bertepatan dengan jadwal pementasan tari tradisional Bali. Ditampilkan lima tarian yang berbeda. Pengunjung yang kebanyakan turis mancanegara terpukau atas kepiawaian para penari. Bahkan tiap beberapa menit tepuk tangan penonton meramaikan seisi tempat pementasan. Diakhir pementasan, para penari mempersilahkan penonton untuk berfoto bersama. Setelah itu di siang hari kami langsung kembali ke hotel untuk persiapan cultural night dan upacara penutupan. Kami sampai di hotel pada pukul 15.00 WITA dan langsung menuju kamar masing-masing untuk istirahat dan persiapan malam puncak.
Cultural Night dimulai pukul 17.00 WITA dan dibuka dengan makan malam bersama. Terlihat saat itu peserta di ballroom tidak hanya peserta namun juga beberapa tamu yang juga hadir dalam makan malam dan untuk melihat pementasan dari berbagai negara, seperti perwakilan dari JegegBagus Bali, Hai Dai dan keluarganya. Semua peserta memakai baju khas negaranya masing-masing, bahkan peserta dari Indonesia juga memakai baju tradisional khas daerahnya. Saya sendiri memakai sorjan dan blangkon sebagai baju adat khas Jawa. Pementasan pun dimulai dengan Kat peserta dari Thailand yang menampilkan tarian Lotus. Dengan membawa bunga lotus ditambah pakaian khas Thailand, Kat menari dengan gerak yang perlahan dan penuh makna. Penampilan berikutnya yaitu Arton dari Indonesia yang membawakan penampilan tarian khas Baduy, karena Arton berasal dari Banten dia juga melengkapi penampilannya dengan baju khas Baduy yang serba hitam. Ketiga adalah penampilan Saya dengan membawakan puisi dengan bahasa Jawa Kuno. Sebenarnya bukan sajak puisi namun itu adalah tembang lagu "Lagu Juang 45" yang ditulis oleh Bung Karno dan disusun ulang oleh Ki Manteb Sudharsono. Inti makna dari puisi ini yaitu bagaimana kita harus mempertahankan identitas kita sebgai bangsa Indonesia, sejauh apapun melangkah tapi harus ingat bahwa kita adalah Indonesia. Selanjutnya penampilan puisi juga dari Sheen dan Bishaker dari Bangladesh, mereka berkolaborasi dengan membacakan puisi bahasa Bangladesh dan membacakan pula terjemahannya. Dilanjutkan dengan penampilan room mate saya, Peter dari Myanmar yang menyanyikan lagu Myanmar dengan gaya Hip-Hop. Dalam malam puncak ini memang tidak semua peserta turut tampil. Penampilan malam itu ditutup dengan tarian India dari Simran. Setelah semua peserta tampil, kini saatnya penutupan dengan dianugerahkan sertifikat kepada seluruh peserta. Acara semakin menarik dengan kesepakatan peserta untuk menceburkan president officer kegiatan kali ini yaitu Mas Aan.
Kami semua sangat senang dimalam itu, dan sebagian ada yang bersantai dikolam renang ada juga yang berdansa bersama di ballroom. Seakan kami tidak mau meninggalkan acara ini. Banyak kesan yang saya pribadi dapatkan selama kegiatan ini berlangsung. Menjadi bagian masyarakat Internasional memang sangatlah penting. Belajar dan mengerti bagaimana bahasa dan budaya yang begitu banyak. Menjaring pertemanan lintas negara, etnis dan agama. Mengerti bagaimana solusi permaslahan global dan memikirkan bagaimana kita berperan didalamnya. Tapi haruslah tetap hidup menjadi siapa kita, darimana kita, dan apa kita. Pround to be a young Indonesian and Javanese. Kegiatan ini saya abadikan dengan menulis yang dimuat pada Harian Surya, kolom Citizen Reporter, Kamis 27 Oktober 2016 dan bisa dilihat pada halaman online http://surabaya.tribunnews.com/2016/10/27/menjaring-solusi-di-pesta-anak-muda-dunia-youth-friendship-camp
Bali, Indonesia, 6 Oktober 2016
Komentar
Posting Komentar