Bersepeda di tengah Pandemi kini menjadi tren tersendiri bagi sebagian besar orang. Itu yang saya lihat di beberapa ruas jalan di Kota Surabaya. daaerah dengan pertambahan Covid yang sangat pesat di Jawa Timur. Saya akui saya juga hobi bersepeda, namun sudah lama. Melihat adanya fenomena semacam ini tentunya ada sara senang dan kecewa. Senang sebab semakin banyak orang bersepeda sehingga dapat mengurangi polusi dan mengurangi kemacetan (meskipun sama tergantung waktu saja). Namun juga kecewa sebab banyak yang menjadi seenaknya dengan tidak menghiraukan rambu lalu lintas. Meskipun hanya bersepeda tentu harus kita patuhi rambu lalu lintas, sebagaimana kita menggunakan kendaraan bermotor biasanya.
Selain itu menggunakan safety items juga sangat saya rekomendasikan. Seperti dengan melengkapi diri memakai helm, sarung tangan, dan sepatu. Meskipun itu tergantung selera, Seng penting gowes e, seng penting dengkul e, seng penting mlaku. Oke itu juga baik, namun ada cara yang lebih baik lagi untuk kita membiasakan hal positif ini. Beberapa langkah provokatif juga sudah dilakukan oleh komunitas-komunitas sepeda agar menaati peraturan lalu lintas dan mengguanakan pelindung diri. Menurut saya pribadi sih mending langsung ikut saja ke dalam komunitas sepeda yang kita inginkan, bisa sesuai dengan jenis sepeda kita atau biasanya komunitas komplek. Jadi ada kawan diskusi atau seenggaknya kita bisa gowes bareng-bareng.
Salah satu hal yang selalu saya luput adalah membawa kunci ganda untuk pengaman. Bahkan saya sudah pengalaman kehilangan sepeda 2 kali di kosan. Hmm. Seperti tidak ada kapoknya, tapi saya selalu merantai sepeda saat dikosan sekarang. Mungkin beberapa orang mengerti harga dari sepeda apalagi kasus Dirut Garuda yang menyelundupkan Sepeda Bromptonnya di pesawat yang harganya 50 jtan. Waduhh jadi tau semua deh harganya.
Saya juga akan melihat jika satu atau tiga tahun kedepan fenomena ini tetap ada jadi memang orang-orang sudah sadar bahwa pentingnya bersepeda dapat menggantikkan kendaraan bermotor dan banyak manfaatnya. Namun jika hanya fenomena sesaat atau mengikuti tren, wah sama seperti biasanya dong. Di goreng setelah itu tidak diteruskan, sangat sayang jika hal ini memang benar hanya menjadi tren. Seperti beberapa tahun kebelakang banyak yang menggunakan sepeda Fixie (Fixed Gear) yang warna warni, beberapa tahun kebelakang juga tren sepeda BMX.
Saya pernah bermimpi bersepeda dengan salah satu kawan saya di salah satu negara di Eropa. Saya melihat banyaknya pesepeda dengan rapi di jalur sepeda dan menyadari akan rambu-rambu lalu lintas. Hmm saya hanya dapat membayangkan jika kota-kota disini sangat menghargai para pesepeda dan pejalan kaki. Seperti dengan membangun jalur sepeda dan trotoar yang benar-benar dapat digunakan dengan baik. Saya hanya bisa berharap sebab saya bukan siapa-siapa. Hanya pesepeda biasa dengan boks perpustakaan di belakang sepeda saya....
Komentar
Posting Komentar