Setelah penutupan kami foto bareng |
Yapss kali ini saya mau cerita pengalaman waktu di Korea beberapa waktu lalu. Saya akan bagi dalam dua tulisan yaitu waktu di Busan dan di Seoul. Dua kota ini memiliki keunikan masing-masing dan sangat berbekas di hati saya sampai sekarang. Oke lanjott, pada awalnya saya bersama kawan saya Eka dan Dio (temen satu jurusan) mencari-cari kegiatan konferensi atau LKTI semacamnya. Mengingat karena kita adalah mahasiswa semester akhir jadiii kapan lagi kan saya bisa ngerasain ikutan lomba. Jujur pada awalnya saya belum pernah ikut lomba LKTI semacam ini. Saya sering ikut kegiatan pengabdian dan sosial masyarakat. Okelah ini merupakan tantangan buat saya sendiri.
Melihat banyak yang membagikan poster kegiatan CISAK, saya pun penasaran kemudian. Apa itu CISAK? mulailah tangan ini menelusuri di internet. Ternyata kegiatan ini sudah berlangsung lama dan pesertanya setiap tahun tambah banyak. Saya semakin yakin buat ikut dalam kegiatan ini. Cisak atau Confrence of Indonesian Students in South Korea yang ke 11 di tahun 2019 ini diakan di Busan, Korea Selatan 30-31 Maret 2019. Tema pada tahun ini yaitu "Empowering Innovation and Prosperity Through Industry 4.0 in Indonesia". Nahh sesuai denga tema ini kelompok saya melihat suatu potensi wisata urban heritage yaitu di Kampung Peneleh, Surabaya. Taukann?? di kampung ini banyak potensi wisata bersejarah. Seperti Rumah H.O.S Tjokroaminoto yang dulunya dihuni oleh orang-orang kece seperti Kartosuwiryo, Bung Karno, Musso dan lainnya. Juga masih banyak bangunan arsitektur yang bernuansa kolonial sertaa yang kami bawa adalah bagaimana masyarakat di peneleh memetakan sendiri potensi terutama makanan khas per gang di kampung Peneleh. Nahh dari potensi itu kemudian kami kemas dengan menggunakan media digital sehingga dapat dengan mudah diakses orang-orang.
Waktu itu cukup dekat dengan batas pengumpulan abstrak sehingga kami sering ketemu buat bahas paper ini. Akhirnya untuk memangkas waktu kami bagi tugas, saya kebetulan dapat di bagian pendahuluan dan abstraknya. Oke cus, buat temen-temen yang mau ikut CISAK tahun depan jangan bingung karena di website resmi CISAK sudah ada contoh penulisan paper yang sesuai sehingga memudahkan peserta. Kami juga mengirimkan abstrak di hari terakhir. Daaann alhamdulillah waktu pegumuman lolos abstrak kami dibalas dengan email dari panitia bahwa abstrak kami diterima. Wah senang saat itu karena baru pertama ikut lomba semacam ini dan akhirnya dapat diterima.
Masalah baru muncul, yakni kami harus segera mengurus visa korea, membuat proposal pengajuan dana ke kampus dan perusahaan (buat sponshorship), serta membereskan full papernya. Sebab keluarnya surat LOA (letter of acceptance) nya cukup mepet jugaa jadi tidak ada waktu lagi harus segera mengurus visa. Untuk pembuatan visa korea saya akan tulis terpisah yaa, stay tune!!
Buat yang mau step-step ikutan CISAK sebenernya hampir sama dengan kegiatan yang sama. Kalian tinggal bikin abstrak (Bahasa Inggris) sesuaikan dengan tema tahun itu, pilih kluster yang memang sesuai dengan ranah ilmu kalian, buat satu topik yang menarik dan tentu belum pernah ditulis dan dipublish oleh siapapun, cari refrensi dann catat tanggal atau deadline pengiriman abstrak di web resmi CISAK (sesuaikan dengan prsedur atau tata aturan penulisan paper yang dinginkan CISAK), setelah kirim abstrak tunggu sampai keluar email balasan dari panitia bahwa abstrak kamu lolos, setelah itu siapkan full papernya (dengan format yang sama), dannn persiapkan dokumen keberangkatan, terakhirr nikmati perjalananmu dan siapkan diary tuliskan kisahmu.
Yaps, suatu masalah kan tetap menjadi masalah jika kita tidak membuat suatu gerakan atau langkah kedepan bagaimana caranya untuk menyelesaikannya. Akhirnya dengan beberapa usaha saya bisa menyelesaikan permaslahan diatas. Terlebih ada bantuan dari orang-orang yang mempercepat proses sampai saya bisa terbang ke Negeri Gingseng ini.
Kembali ke CISAK 2019, taun ini dibagi dengan 8 kluster ilmu dan saya kedalam Social Science. Saya berangkat ke kegiatan ini dengan transit terlebih dahulu di Kuala Lumpur (bisa dibaca di) https://yunazkaraman.blogspot.com/2019/04/bermalam-di-malaysia.html .Pada akhir bulan Maret di Korea masih musim semi, sehingga suhu udara cukup dingin.
Cisak pada tahun ini dilaksanakan di Busan, Korea Selatan tepatnya di Korean Ocean and Maritime University. Kampus ini terletak di tepi laut dan benar-benar di tepi laut. Cheery Blosom di Busan terlebih dulu bermekaran sehingga di jalan-jalan kampusnya banyak ditumbuhi pohon cantik ini.
CiptaanNYA |
Jalan di kampus |
Dihari pertama Sabtu 30 Maret 2019, kelompok kami dan kelompok lain se-fakultas yang memang sengaja bareng berangkat dari hostel menuju ke bus penjemputan yang tidak jauh dari hostel kami. Karena cuaca dingin kami memakai jaket dan pakaian teball (suhunya cuman satu digit aja guys!) Bis yang disediakan panitia hanya pada keberangkatan saja dan hanya pada hari pertama ini. Model busnya mini bus yang mungkin cukup sampai 15 orang. Pada awal pembukaan kegiatan ini dibuka dengan tarian dari kawan-kawan PPI Korea (PERPIKA) dilanjutkan dengan sambutan sambutan baik dari Ketua Pelaksana CISAK 2019, Ketua PERPIKA. Saya merasa hangat dipagi hari itu, bukan karena didalam gedung sehingga hangat saja namun disini saya melihat banyak kawan-kawan dari berbagai kampus dari Indonesia. Bahasa Indonesia yang sempat jarang saya dengarkan beberapa hari ini mendadak membludak di kampus ini.
Setelah dibuka kegiatan ini dilanjutkan dengan seminar yang menurut saya cukup unik. Karena pembicaranya menarik dan bahasan yang didiskusikan juga menantang otak untuk terus bekerja. Dihadiri oleh Keynote Speaker, Prof. Tomi Suryo Utomo, SH., LL.M.,Ph.D (Dosen di Universitas Janabadra Yogyakarta dan UGM), Chusnul Tri Judianto, S.T. (Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Penerbangan dan Antariksa LAPAN), Jonathan Xavier Barki (Vice President Gojek Indonesia) dan Muhammad Farras Bari Zain (Co-Founder Damogo).
Para narasumber |
Pada hari ini jadwal untuk presentasi paper tidak semua sehingga dibagi juga dengan hari kedua di hari Minggunya. Salah satu kawan dari fakultas kami mendapat giliran maju di hari pertama, sehingga kami menunggu mereka dengan berjalan-jalan di sekiling kampus dan menyiapkan presentasi kelompok kami untuk besok. Kegiatan di hari pertama ini selesai kurang lebih pada pukul 18.00 waktu Korea. Akhirnya kami langsung naik bus umum yang memang di dalam kampus terdapat halte pemberhentian terakhir daan sampai di depan jalan hostel.
Makan siang kami |
Di hari kedua kami tidak disediakan bus dari panitia jadi kami menaiki bus umum dan turun di pemberhentian terakir di Kampus lokasi. Naik bus cukup murah di sini melalui t money/t cash sekitar 1.200 won. Kelompok saya mendapat waktu presentasi pada pukul 11 sehingga kami segera dengan membawa koper, karena ini hari terakir kami berada di Busan untuk melanjutkan perjalanan ke Seoul.
Presentasi kami cukup singkat yakni kurang lebih sekitar 15 menit lamanya. Dalam kloster social science ada 5 kelompok. Diawali dari perwakilan UB, UGM, UNDIP dan dua kelompok dari UNAIR termasuk kami. Dari presentasi kawan-kawan mereka sangat inovatif dan banyak terobosan baru yang ada. Seperti dari perwakilan UGM dengan analisisnya terkait aplikasi pencarian pekerjaan untuk penyandang difabel. menarik dan sekali lagi saya melihat banyak kawan-kawan muda yang berprestasi dan punya cita-cita yang visioner.
Bersama Dio |
Bersama Aiman, kawan se asrama |
Cluster Social Science |
Di hari terakhir ini yaitu acara penutupan dengan sekaligus pemberian penganugerahan pada best presenter dan best paper. Best presenter pada kluster saya adalah perwakilan dari UB. Akhirnya kami berfoto bersama dann kami selesai dengan kegiatan ini. Dari sini kami langsung menuju bus dan melanjutkan perjalanan ke Seoul dengan bus.
CISAK tahun ini tidak akan saya lupakan dalam ingatan saya karena ini adalah pertamakalainya saya mengikuti lomba berbau akademik atau penelitian. Selain itu CISAK membukakan pintu pengalaman dan lembaran diary saya untuk dituliskan kisah-kisah di Korea Selatan. Tentunya pada awal menerima kabar bahwa lolos abstrak tentu tidak terbendung senangnya apa ini juga pertama kalinya saa ikut dalam kegiatan semacam ini. Jangan takut untuk speak up, karena saat presentasi saya masih protol dan banyak pengucapan yang salah. It's okay guys!! yang penting percaya diri dan terus bergerak secara mandiri. Menurut saya pengalaman semacam ini yang akan terus mengasah kemampuan dan kepercayaan diri kita. Dari sini juga saya makin percaya pada bangsa ini bahwa anak-anak mudanya bisa bersaing secara global dan siap untuk memberikan harapan baru entah kapan. Semua pasti ada waktunya dan hal itu sudah dituliskan. Tinggal kita sebagai generasi muda untuk terus berinovasi, berkarya, dan berdoa. Karena bangsa ini bukan hanya butuh omong-omong besar tapi juga karya-karya besar. Hal yang perlu diingat lagi adalah bagaimana kita menjadi manusia untuk bisa terus bermanfaat kepada orang lain, meskipun dengan hal yang sederhana. Agar senantiasa melihat ke bawah (bersyukur) dan melihat ke atas (berdoa).
Komentar
Posting Komentar