Langsung ke konten utama

Satu Tahun dengan BEM FIB UNAIR: Mengedepankan Kekeluargaan dalam Organisasi


Tepat pada bulan Pebruari tahun 2017 lalu saya dengan ketua ormawa (organisasi mahasiswa) di Fakultas Ilmu Budaya menandatangani Surat Keputusan. Dari SK itulah kemudian secara sah saya dan teman-teman lain menjadi pemegang amanah dalam setahun kedepan. Secara simbolis saya menandatangani kepengurusan yang baru dan kemudian ada perwakilan untuk kepengurusan yang telah selesai.

Singkat cerita awal saat memberanikan diri mencalonkan menjadi calon Ketua BEM FIB bukan keputusan yang mudah. Pada akhir tahun 2017 memang saat itu secara probadi saya memiliki proyek pribadi yaitu Perpustakaan keliling "Prasojo" dan masih menjadi peserta di Rumah Kepemimpinan, Surabaya serta memilih untuk fokus dalam bidang menulis buku anak-anak. Lalu tawaran pun muncul dari beberapa kawan, salah satunya Lusmitasari (yang kahirnya menjadi wakil ketua BEM FIB). Tawaran itu tidak serta merta saya terima begitu saja, setiap malam saya berpikir dan meminta pertimbangan dari Ibu. Jawabanya pun diserahkan kepada saya pada akhirnya. Melihat kondisi ini dalam tubuh saya merasa mendapatkan tantangan tersendiri untuk kemudian meyakinkan diri.

Bertukar pikiran dengan beberapa kawan terkait permaslahan dan solusi kedepan untuk fakultas ini juga memberikan saya masukan secara pribadi dan semakin mantab untuk menawarkan solusi ini. Pada masa akhir pendaftaran saya masih mendengar berita bahwa ada kawan juga yang mendaftarkan diri menjadi calon ketua BEM FIB akhirnya setelah saya dan Lusmita mendaftarkan diri tidak ada kawan saya lagi yang mendaftar dan akhirnya saya menjadi calon tunggal untuk pemilihan calon ketua bem ini. Sedih dan bingung sempat saya rasakn saat itu. Namun saat perjalanan kampanye saya malah mendapatkan respon dengan dukungan yang cukup banyak dari kawan-kawan fib bahkan mereka juga mengganti foto profil di Line dengan poster kampanye saya, disinilah kemudian saya merasa ada tanggung jawab yang besar untuk dapat memberikan wadah untuk kawan-kawan di fib nantinya, Malam hari saat penghitungan suara saya hadir sampai selesai dan kemudian saya dipeluk dengan suka cita oleh kawan-kawan untuk menjadi pemegang amanah di bem fib kedepan.

Pada saat itu saya dengan Lusmita berpikir bagaimana bisa memberikan wadah untuk semua kawan-kawan di fib. Tentunya hal itu tidak dilihat dari golongan manapun dan jabatan apapun. Akhirnya kami memberikan nama kabinet "Guyub Rukun". Hal ini ditujukan agar bem fib tidak hanya menjadi organisasi struktural diatas semua ormawa namun juga dapat menjadi kawan dan dapat merasakan bagaimana dalam berkegiatan di semua ormawa. Logo kabinet saya terinspirasi oleh semut, dengan prinsip gotong royongnya semut dapat bekerja sama dan akan terasa ringan jika berkerja dengan orang banyak. Semut juga "murah senyum" ketika bertemu dengan kawannya. Pendaftaran menteri dan wakil menteri sudah kami buka, beberapa orang kemudian mendaftrakan diri dengan potensi masing-masing. Tentu berat saya dan Lusmita kemudian menyeleksi kawan-kawan hebat ini. Tentu sesuai dengan porsi dan potensinya masing-masing saya kemudian memploting dengan kementrian yang saya tawarkan. Berkat kawan-kawan hebat itulah kemudian saya membuka seluas-luasnya calon anggota baru bem fib untuk kepengurusan 2018. Dilihat dari antusiasnya saya berbahagia bahkan kawan-kawan merasa kesulitan dengan memilih anggota barunya.




Dari visi misi yang saya utarakan diawal saat pencalonan kemudian saya rincikan kedalam program kerja selama satu tahun kedepan. Tentunya hal itu saya rundingkan bersama menteri dan wakil menteri terpilih untuk kemudian menyusun agenda selama satu tahun kedepan. Tidak semuanya juga program kerja yang pada periode sebelumnya masih belum terlaksana. Kami juga akhirnya menentukan kegiatan yang sekiranya dapat memberikan dampak positif yang luas. Antara lain kami ingin dalam periode kedepan ada kampung dan desa mitra bem fib sehingga kami dapat memberikan pengabdian dan kontribusi yang nyata untuk masyarakat, untuk kajian kami memutuskan setiap bulan mengadakan kajian rutin di tanggal 25 kami namai "selawean" dengan mengangkat topik yang berbeda, kami juga menyusun lomba karya tulis atau esai tentang kebudayaan secara nasional, dan kami juga merencakaan kegiatan yang sebelumnya sudah ada utuk dikemas secara sederhana namun dapat dinikmati oleh semua masyarakat fib.

Puji syukur berkat kerja keras kawan-kawan semua program kerja bem fib selama satu tahun dapat terlaksana semua. Bahkan kegiatan yang pada awalnya kelihatan tidak mungkin untuk dilaksanakan akhirnya dapat dilaksanakan dengan lancar.  Tentunya tidak semudah mencari warung kopi berwifi seperti skearang, tentunya terdapat banyak permasalahan disana. Namun diawal saya sudah memberikan masukan kepada kwan-kawn semua untuk tetap respect kepada siapapun dan terus bertanggung jawab atas semua yang sudah ditugaskan. Permasalahan itu bukan hanya masalah pendanaan juga berbagai hiruk-pikuk birokrasi kampus, kemoloran acara, bahkan berganti konsep dan masih banyak yang lain. Secara pribadi saya merasakan bahwa permaslahan yang ada di depan mata selalu ada jalan keluarnya yang mana pembuat permaslahan itu adalh diri kita sehingga terkadang diri sendiirlah yang kemudian menghambat dan berpikir bahwa permasalahan itu berat. JIka dijalani dan tidak terasa bahkan satu tahun ini kami berjalan bersama dan tidak terasa berat.





Prinsip yang saya pegang dalam berorganisasi adalah saya tidak ingin terlalu formal dan terlalu protokoler dalam setiap rapat aatau berkegiatan. Untuk itu saya memberikan rasa egaliter dalam bem fib 2018 ini agar kawan-kawan yang sudah tergabung dalam bem dapat merasakan kenyamanan dan tidak ada rasa sungkan atau takut kemudian. Melalui sapaan kemudia gaya yang tidak formal kemudian saya lakukan untuk memberikan gaya baru dalam bem fib. Dalam satu tahun kepengurusan juga saya banyak mengikuti kegiatan kawan-kawan ormawa lainnya bukan untuk tujuan mencari perhatian hanya ingin mengetahui bagaimana susahnya kawan-kawan saya dalam menjalankan sebuah kegiatan. Dari situlah kemudian bem tidak hanya menjadi organ tunggal yang secara struktur diatas ormawa lainnya, namun juga dapat membaur dan menjadi satu kembali dengan masyarakat fib.











Permohonan maaf dan ucapan terima kasih dalam tulisan ini sebagai penutup. Terima kasih kepada kawan-kawan fib semuanya, anggota bem, anggota ormawa, mentri, wakil menteri, seketaris, bendahara, wakil, bapak/ibu dekanat, mas gondrong kantin, bapak/ibu penjaga kebersihan, mas isnan dkk, dan semua warga fib yang sudah kami buat repot dengan ulah kami. Untuk kedepan saya sudah banyak memberikan tugas kepada pengurusan 2019 agar jauh-jauh lebih baik dan dapat benar-benar membawahi ormawa di fib. Terus berkarya dan mengabdi untuk sesama dengan ini kabinet Guyub Rukun undur diri. Jangan hanya berhenti disini masih banyak ruang untuk mengembangkan diri lebih baik lagi. Untuk para adik-adik masih terbuka pintu untuk berkontribusi dalam kepengurusan lagi, atau ingin memilih jalan masing-masing. Tak apa namun saya hanya mengigatkan jangan sampai lupa karena kita punya korsa merah yang sama.


Wassalam. Rahayu...
Malang, 16 Januari 2019



Yunaz Karaman





Komentar

Postingan populer dari blog ini

JEJAK KULINER NUSANTARA JAWA TIMUR

makanansehat.biz                    Indonesia sebagai bangsa yang besar memiliki perjalanan sejarah yang panjang. Perjalanan sejarah Indonesia sudah barang tentu tidak dapat dilepaskan dari pengaruh bangsa-bangsa luar. Pengaruh itu meliputi keragaman dari banyak hal seperti halnya sistem pemerintahan, sistem sosial kemasyarakatan, sistem perekonomian, teknologi dan sebagainya. Namun juga terdapat suatu hal yang maenarik yaitu dengan adanya pengaruh dari pihak luar budaya tradisional bangsa Indonesia tidak tergantikan. Seperti halnya adat istiadat, norma, bahkan pada keragaman jenis makanan. Makanan sebagai suatu hasil dari kebudayaan manusia pertama-tama memiliki peran sebagai alat pemenuhan kebutuhan primer. Tidak hanya itu peran makanan dalam kehidupan manusia bahkan sampai pada ranah untuk kegunaan religuisitas. Hal itu tercermin dari kebudayaan Jawa yang banyak melakukan ritual-ritual adat dan makananpun menjadi hal yang tidak bisa dilepaskan [1] . Keberadaan makanan tra

PERKEMBANGAN FOLKLORE DI INDONESIA

www.folkloretravel.com Kebudayaan yang kini berkembang di masyarakat merupakan hasil pewarisan dari kebudayaan luhur terdahulu. Melalui banyak metode/cara tradisi masyarakat dapat tersalurkan dan terwarisi oleh generasi selanjutnya. Kebudayaan sendiri merupakan keseluruhan system, gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka menghidupi kehidupannya serta dijadikan sarana untuk belajar. Wujud dari kebudayaan itu antara lain ide/gagasan/norma/aturan/nilai yang kesemua itu menghasilkan wujud benda/fisik budaya. Kebudayaan hanya dapat berkembang di dalam masyarakat. Hal itu jelas bahwa tanpa adanya subyek yakni masyarakat tentu budaya tidak akan pernah ada dan berkembang. Di saat kebudayaan ini berkembang tentu menjumpai adanya budaya baru dari luar budaya induknya. Hal tersebut dapat menjadi salah satu kekuatan untuk mengakulturasi atau terjadinya proses percampuran budaya atau malah menjadi salah satu faktor untuk degradasi budaya (penurunan budaya). Folklore me

KOMIK STRIP TENTANG KERUSAKAN LINGKUNGAN